
Sekitar 500 siswa SMK Negeri 3 Kota Pematangsiantar
mendatangi Kantor DPRD setempat, Jumat (11/3). Mereka menuntut agar
kepala sekolahnya Kartini Batubara diganti karena banyaknya kutipan
kutipan.
Saat para siswa melakukan aksi
longmarch dari Lapangan Adam Malik menuju DPRD Kota Pematangsiantar,
Wali Kota Pematangsiantar melintas. Melihat para siswa berdemonstrasi,
Hulman Sitorus yang menyatakan dirinya tak suka unjuk rasa, turun dari
mobil dinasnya nopol BK 1 W.
Awalnya, Hulman
berbicara baik baik kepada para siswa. "Sudah sekolah sana, jangan demo
demo, pulang sana ya," kata Wali Kota yang disambut riuh teriakan siswa.
Namun, tiba tiba suasana memanas ketika massa aksi menyoraki serta
mendebat perkataan orang nomor satu Siantar ini.
Hulman
pun seperti diluar kendali, malah balik marah marah kepada siswa hingga
mengeluarkan kata kata yang tidak etis. "Sampah masyarakat, buat onar
saja, t***(kata-kata kotor) saja tak bisa dibenarkan," kata Wali Kota
kesal di hadapan para pengunjuk rasa sambil berlalu meninggal massa.
Saat
tiba di depan pintu mobilnya, Hulman kembali berteriak ke arah massa
aksi. "Jangan provokasi anak anak kita, kasian mereka, kebenaran akan
terbukti," ujarnya dengan nada kesal. Siswa tidak menggubris sikap aneh
Wali Kota yang baru dilantik enam bulan lalu itu.
Sejak
sepekan lalu, berita media massa banyaknya kutipan yang membebankan
siswa di SMKN 3 Pematangsiantar menjadi perbincangan hangat. Kepala SMKN
3 Kartini Batubara beberapa kali membantah informasi tersebut.
Namun,
Rindu Marpaung, mantan staf pengajar di SMKN 3 yang mengaku merasa
prihatin dengan nasib para siswa tak tinggal diam. Ia terus membuktikan
kutipan kutipan yang memberatkan siswa memang benar ada di sekolah
tersebut.
Puncaknya, para siswa yang merasa tidak tahan dengan
banyaknya kutipan di SMKN 3 melakukan demonstrasi besar besaran ke
DPRD Pematangsiantar. Rindu Marpaung, beserta beberapa guru lainnya pun
mendampingi para siswa untuk berunjuk rasa.
Rizki
Annisa (16), siswi Kelas II Jurusan Tata Kecantikan Kulit mengaku
kecewa dengan beberapa kebijakan kepala sekolah. Ia mencontohkan, uang
sekolah tiba tiba naik. "Kata kepala sekolah sudah rapat sama orang
tua, padahal orang tua kami gak pernah diundang rapat," ujarnya.
Menurutnya,
uang sekolah yang mulanya Rp 58 ribu naik menjadi Rp 78 ribu. "Ini kan
sekolah negeri, kok uang sekolahnya naik terus," katanya menggugat.
Rizku juga sangat keberatan dengan banyaknya kutipan di sekolah, uang
insidental Rp 75 ribu, uang observasi Rp 300 ribu, dan uang komputer Rp
12 ribu per bulannya.
Menurut Alfrida (16)
Kelas I Jurusan Perhotelan, dirinya pernah mempertanyakan terkait
banyaknya kutipan itu kepada Kepala Sekolah. "Tapi gak ada penjelasan
apa apa. Kepala sekolah cuek," ujarnya. Anggun (17) siswa Kelas III
Jurusan Tata Boga, mengaku keberatan dengan uang les sebesar Rp 260
Ribu. Ia juga keberatan adanya uang uji kompetensi bagi kelas III Rp 88
ribu.
Guru Kecantikan Susi Siagian mengatakan
Kartini memang layak diganti sebagai kepala sekolah. Menurutnya, Kartini
adalah pemimpin yang otoriter. Selain itu, dana Bantuan Operasional
Manajemen (BOM) dari pemerintah yang bertujuan untuk membeli alat alat
praktik tidak pernah ada pertanggungjawabannya.
Ketua
DPRD Pematangsiantar didampingi beberapa anggota dewan menerima siswa
berdialog. Setelah mendengarkan keluhan para siswa, Marulitua berjanji
akan segera memanggil Kepala SMKN 3 Pematangsiantar untuk mempertanyakan
kebenaran kutipa kutipan tersebut.
Marulitua
mengatakan, DPRD sudah pernah ke sekolah untuk mencari kebenaran kutipan
tersebut. "Kartini mengatakan tidak ada orangtua yang komplain dengan
kutipan tersebut. Tapi kita akan panggil lagi," ujarnya.
Hulman
Sitorus usai bertemu siswa saat unjuk rasa, mendatangi SMKN 3
Pematangsiantar. Kepala Sekolah Kartini Batubara beserta beberapa guru
lainnya menyambut kedatangan wali kota."Janganlah anak anak kita
korbankan untuk kepentingan pribadi," ujar Wali Kota.
Sumber : Tribun Medan
0 komentar:
Posting Komentar