Breaking News
Loading...
Selasa, 03 September 2013

Info Post


JAKARTA – Festival Danau Toba sebagai pengganti Pesta Danau Toba (PDT), Sumatera Utara yang akan digelar 8-14 September mendatang, diyakini akan lebih menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Karena konsep yang disuguhkan sepenuhnya mengangkat budaya lokal yang dikemas dengan profesional, lengkap dengan kompetisi olahraga berkelas internasional.
Uniknya, setiap ajang kompetisi nantinya dapat diikuti para pengunjung yang mengacu syarat-syarat yang berlaku demi kenyamanan bersama.
Menurut Direktur Olahraga Festival Danau Toba, Hinca Pandjaitan, perpaduan kemasan tersebut secara lengkap termaktub dalam disain besar yang mengangkat konsep Sport and Culture. “Jadi kita utamakan mengetengahkan acara-acara yang murni budaya asli sebagai kearifan lokal Batak. Misalnya Sigale-gale (menyerupai wayang kulit,red), kemudian festival gondang (gendang). Festival ini tentunya akan menjadi keunikan tersendiri, karena di dunia ini hanya ada empat negara yang menjadikan gondang sebagai melodi. Jadi konsepnya world festival,” katanya di Jakarta, Minggu (9/6).
Di bagian lain, panitia juga nantinya akan menggelar perlombaan Solu Bolon (lomba dayung dengan menggunakan sampan khas tradisional Danau Toba,red). Menurut Hinca, Solu Bolon sendiri sudah merupakan bagian dari budaya dan demi semakin menghidupkan kearifan lokal, para peserta nantiya akan mengenakan tali-tali yang terbuat dari ulos di kepala.
“Jadi ini yang disebut sport and culture. Kita juga akan buat lampion. Bentuknya menyerupai Sigale-gale besar yang diletakkan persis di tengah danau. Tentunya akan ada banyak lampion yang dipergunakan dan ketika danau bergelombang, maka seolah-olah Si gale-gale tersebut dimainkan oleh Danau Toba,” katanya.
Festival Danau Toba yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) di Sumatera Utara, diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp 27 miliar. Dana tersebut di antaranya Rp 3,5 miliar berasal dari Kementerian Pariwisata, Rp 3 miliar dari Pemprov Sumatera Utara dan Rp 2 miliar dari Pemkab yang menjadi panitia, yang dalam penyelenggaraan kali ini dipegang oleh Pemkab Samosir. Kekurangan dana akan dicari dari sponsor.
“Kita juga akan menyelenggarakan Festival Paralayang. Nanti tim akan terbang dari sebuah gunung di Pulau Samosir dan mendarat di persis di tempat yang kita sebut Culture Camping Gound. Yaitu tempat dimana lintas budayawan berdialog selama sepekan. Makanya kita yakin ini akan menjadi pekan terpadu budaya, sehingga menjadi keriunduan dunia. Kita juga akan pasang kamera kecil di parayalang yang ada, sehingga ketika dilayar besar akan kelihatan indahnya Danau Toba,” katanya.
Untuk mematangkan pelaksanaan, Hinca mengaku telah membawa tim dayung, renang dan paralayang berkeliling ke Pulau Samosir. Langkah ini dilakukan untuk menyusun tata cara pelaksanaan lomba, aturan main, dan beberapa tehnis pelaksanaan lainnya.
“Jadi intinya harus menjadi keunikan tersendiri. Misalnya berenang keliling samosir, itu kan tidak ada di dunia. Tapi tentu bagaimana tehnisnya agar lebih menarik, kita perlu memerhatikan semua unsur-unsur budaya yang ada. Dan sebagai direktur olahraga, saya benar-benar harus merumuskannya secara detail, supaya bisa sesuai dengan aturan pertandingan yang ada,” katanya.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar