Breaking News
Loading...
Rabu, 17 Juli 2013

Info Post
SIANTAR- Lima napi teroris yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta Medan, lari ke kawasan Siantar-Simalungun. Dari Medan, kelima napi teroris ini menumpangi mobil pick up warna putih dan berhenti di depan SMK Negeri 3 Siantar.
“Ada lima orang yang naik mobil pick up warna putih itu bang, mereka tersangka teroris yang ikut kabur sama aku. Mobilnya pakai tenda warna hitam dan di kaca belakangnya ada tulisan Arab dengan lambang jihat. Mobil itu kami potong (dahului) pas di Beringin lewat SMK 3 itu.
Mungkin mereka berhenti di sana,” ungkap Adianto (32), warga Jalan Medan, Simpang Masjid, Kelurahan Naga Pita, Kecamatan Siantar Martoba, di sela-sela pemeriksaan di Mapolresta Siantar, Jumat (12/7).
Kepada polisi, Adianto menerangkan, dalam perjalanan dari Medan ke Siantar, bus yang ditumpanginya berada persis di belakang mobil pick up yang ditumpangi kelima napi teroris itu. “Itu makanya aku bisa mengenali mereka. Sebab wajah mereka sudah tak asing lagi,” ujar Adianto.
Si Adianto ini merupakan napi yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta Medan, saat aksi perusakan dan pembakaran berlangsung, Kamis (11/7). Dia divonis penjara seumur hidup karena membunuh pasangan suami istri di Kabupaten Karo, tahun 2004 silam.
Satu Napi Ditangkap dari Bus Sentoasa
Penangkapan Adianto bermula saat personel Polresta Siantar melakukan razia di perbatasan antara Kota Siantar dan Simalungun di Jalan Medan, Jumat (12/7), sekira pukul 16.00 WIB.
Personel yang berjaga menghentikan seluruh kendaraan yang melintas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar tahanan yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta Medan tidak memasuki Kota Siantar.
Pada saat petugas Satllantas Polresta Siantar menyetop Bus Sentosa jurusan Siantar-Medan tersebut, petugas meminta agar seluruh penumpang pria menunjukkan identitas. Namun hanya Adianto yang tidak menunjukan identitasnya.
Petugas pun curiga dengan pria yang mengenakan topi dan memakai sandal jepit tersebut. Kemudian petugas langsung memintanya turun dari bus, sedangkan bus langsung melanjutkan perjalanan.
Setelah diinterogasi, Adianto mengaku bekerja sebagai toke kain, namun petugas tidak percaya begitu saja dengannya. Dia pun digeledah, kecurigaan petugas berawal ketika Adianto tidak menggunakan celana dalam.
Dia mengatakan datang ke Siantar untuk menemui seseorang di Jalan Medan, Simpang Kerang. Kemudian petugas Intel dan Reskrim Polresta Siantar memintanya untuk menunjukkan rumah yang ditujunya.
Dengan mengendarai sepedamotor, dua petugas dan Adianto menuju lokasi dimaksud. Polisi sempat terkecoh dengan jalan yang ditunjukkannya, saat berada di gang sempit, warga yang mengenalnya langsung teriak bahwa dia pelaku pembunuhan.
Mendengar teriakan warga, Adianto langsung melompat dari pengawalan kedua petugas yang membawanya. Petugas langsung mengejarnya, dibantu warga Adianto berhasil ditangkap dan diboyong ke Mapolresta Siantar untuk diamankan.
Adianto mengatakan, dia sudah delapan tahun menjalani hukuman di Lapas Tanjung Gusta Medan, dengan vonis seumur hidup. Dia kabur sebelum Lapas terbakar, kericuhan berawal ketika air dan listrik di dalam lapas padam.
Setelah kericuhan dan petugas yang berjaga dembat, mereka langsung menjebol pintu dan kabur. “Kalau berapa orang yang kabur aku tidak ingat bang, yang jelas pada saat itu pintu sudah jebol, karena ada kesempatan aku langsung keluar dan lari secepatnya.
Sampai di Amplas, aku langsung naik bus. Aku ke Siantar mau jumpa sama Mamaku dan akupun sudah bosan di dalam lapas,” ucap ayah anak satu tersebut. 

0 komentar:

Posting Komentar