SIANTAR- Lima napi teroris yang kabur dari Lapas
Tanjung Gusta Medan, lari ke kawasan Siantar-Simalungun. Dari Medan,
kelima napi teroris ini menumpangi mobil pick up warna putih dan
berhenti di depan SMK Negeri 3 Siantar.
“Ada lima orang yang naik mobil pick up warna putih itu bang, mereka
tersangka teroris yang ikut kabur sama aku. Mobilnya pakai tenda warna
hitam dan di kaca belakangnya ada tulisan Arab dengan lambang jihat.
Mobil itu kami potong (dahului) pas di Beringin lewat SMK 3 itu.
Mungkin mereka berhenti di sana,” ungkap Adianto (32), warga Jalan
Medan, Simpang Masjid, Kelurahan Naga Pita, Kecamatan Siantar Martoba,
di sela-sela pemeriksaan di Mapolresta Siantar, Jumat (12/7).
Kepada polisi, Adianto menerangkan, dalam perjalanan dari Medan ke
Siantar, bus yang ditumpanginya berada persis di belakang mobil pick up
yang ditumpangi kelima napi teroris itu. “Itu makanya aku bisa mengenali
mereka. Sebab wajah mereka sudah tak asing lagi,” ujar Adianto.
Si Adianto ini merupakan napi yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta
Medan, saat aksi perusakan dan pembakaran berlangsung, Kamis (11/7). Dia
divonis penjara seumur hidup karena membunuh pasangan suami istri di
Kabupaten Karo, tahun 2004 silam.
Satu Napi Ditangkap dari Bus Sentoasa
Penangkapan Adianto bermula saat personel Polresta Siantar melakukan
razia di perbatasan antara Kota Siantar dan Simalungun di Jalan Medan,
Jumat (12/7), sekira pukul 16.00 WIB.
Personel yang berjaga menghentikan seluruh kendaraan yang melintas.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar tahanan yang kabur dari
Lapas Tanjung Gusta Medan tidak memasuki Kota Siantar.
Pada saat petugas Satllantas Polresta Siantar menyetop Bus Sentosa
jurusan Siantar-Medan tersebut, petugas meminta agar seluruh penumpang
pria menunjukkan identitas. Namun hanya Adianto yang tidak menunjukan
identitasnya.
Petugas pun curiga dengan pria yang mengenakan topi dan memakai
sandal jepit tersebut. Kemudian petugas langsung memintanya turun dari
bus, sedangkan bus langsung melanjutkan perjalanan.
Setelah diinterogasi, Adianto mengaku bekerja sebagai toke kain,
namun petugas tidak percaya begitu saja dengannya. Dia pun digeledah,
kecurigaan petugas berawal ketika Adianto tidak menggunakan celana
dalam.
Dia mengatakan datang ke Siantar untuk menemui seseorang di Jalan
Medan, Simpang Kerang. Kemudian petugas Intel dan Reskrim Polresta
Siantar memintanya untuk menunjukkan rumah yang ditujunya.
Dengan mengendarai sepedamotor, dua petugas dan Adianto menuju lokasi
dimaksud. Polisi sempat terkecoh dengan jalan yang ditunjukkannya, saat
berada di gang sempit, warga yang mengenalnya langsung teriak bahwa dia
pelaku pembunuhan.
Mendengar teriakan warga, Adianto langsung melompat dari pengawalan
kedua petugas yang membawanya. Petugas langsung mengejarnya, dibantu
warga Adianto berhasil ditangkap dan diboyong ke Mapolresta Siantar
untuk diamankan.
Adianto mengatakan, dia sudah delapan tahun menjalani hukuman di
Lapas Tanjung Gusta Medan, dengan vonis seumur hidup. Dia kabur sebelum
Lapas terbakar, kericuhan berawal ketika air dan listrik di dalam lapas
padam.
Setelah kericuhan dan petugas yang berjaga dembat, mereka langsung
menjebol pintu dan kabur. “Kalau berapa orang yang kabur aku tidak ingat
bang, yang jelas pada saat itu pintu sudah jebol, karena ada kesempatan
aku langsung keluar dan lari secepatnya.
Sampai di Amplas, aku langsung naik bus. Aku ke Siantar mau jumpa
sama Mamaku dan akupun sudah bosan di dalam lapas,” ucap ayah anak satu
tersebut.
Teroris buron,ditangkap di kota Pematang Siantar
Info Post
0 komentar:
Posting Komentar